Unknown






Ujian Akhir Semester
Organisasi dan Administrasi Internasional
“Peran PBB Dalam Menyelesaikan Konflik Di Semenanjung Korea”

Oleh:
Riyanti            0916041014







 

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012







PENDAHULUAN
A.                   Latar Belakang:
Konflik di semenanjung Korea dimulai sejak 25 Juni 1950 diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet. Alasan awal terjadinya konflik ini adalah perbedaan ideologi serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini, karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.
Pada tahun 1953 perang berakhir dan pihak AS mengadakan perjanjian Mutual Security Treaty dengan Korea Selatan sehingga keberadaan pasukan AS dipertahankan guna mencegah terjadinya serangan dari pihak Utara. Namun pada tahun 1961 pihak USSR-China mengadakan perjanjian pertahanan dengan Korea Utara. Walaupun konflik ini pada tahun 1953 dianggap telah berakhir namun masih sering terjadi konflik antar negara dengan sekutu nya hingga saat ini. Kedua belah pihak berulang kali mencoba mengadakan percobaan perundingan damai, namun pada akhirnya selalu gagal dan tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Gagalnya perundingan damai ini dikarenakan perilaku kedua negara yang dianggap mengancam oleh masing-masing lawannya. Sebagai contoh adalah dengan adanya pembangunan persenjataan nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan kekhawatiran negara lain serta mengganggu stabilitas keamanan kawasan tersebut. Konflik yang berkepanjangan ini menjadi perhatian dalam dunia internasional serta membuat negara lain ikut berusaha mempengaruhi kedua pihak yang berkonflik, seperti Amerika Serikat dan Cina.
Konflik di semenanjung Korea ini menarik untuk dibahas karena telah menjadi perhatian bagi dunia internasional dan mempengaruhi situasi keamanan internasional. Dalam perkembangannya pun kedua pihak yang berkonflik telah banyak dipengaruhi oleh pihak eksternal sehingga turut mempengaruhi jalannya konflik tersebut. 



B.                   Profile:
Perserikatan Bangsa-Bangsaatau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nationsatau disingkat UN) adalah sebuah organisasiinternasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.
Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang Umum yang pertama - dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB.
Organisasi ini memiliki enam organ utama : Majelis Umum (majelis musyawarah utama),Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan),Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan), Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB), Mahkamah Internasional (organ peradilan primer), Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif).
Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan. Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat .Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB).





PEMBAHASAN:

A.                   Perkembangan Konflik di Semenanjung Korea
Perang Korea pada tahun 1950-an sekiranya membuat hubungan Korea Utara dan Selatan menjadi tidak sehat. Namun beberapa hubungan diplomatik pasca perang Korea menunjukkan Korea Selatan dan Korea Utara mengalami kedekatan yang cukup baik meski banyak konflik kecil di Semenanjung Korea dan sekitarnya. Hubungan diplomatik informal mulai terjalin pada tahun 1971 ketika Palang Merah Internasional melakukan program Red Cross contact and family reunification project.
Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan semakin baik pada tahun 1991, ketika muncul “Agreement on Reconciliation, Nonaggression and Exchanges and Cooperation between the South and the North,” yang sering dikenal sebagai “Basic Agreement,” yang mengakui niatan baik reunifikasi kedua Negara tersebut. Pada tahun 1992 juga muncul kesepakatan “Joint Declaration of the Denuclearization of the Korean Peninsula.”  Meski sudah muncul beberapa kesepakatan dalam menjalin hubungan baik kedua Negara, arus politik domestik Korea Utara dan Korea Selatan yang berbeda menyebabkan pasang surut hubungan keduanya. Perbedaan pandangan terhadap keberadaan nuklir antara Korea Utara dan Selatan serta meninggalnya presiden Korea Utara pada masa itu, Kim Il Sung, menjadi salah satu faktor pasang surut hubungan kedua Negara.
Sejak dikeluarkannya kesepakatan “Joint Declaration of the Denuclearization of the Korean Peninsula”, muncul beberapa fenomena yang membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan semakin memburuk. Pada tahun 2009, Korea Utara secara terang – terangan melakukan uji coba rudal balistik di sekitar Laut Jepang. Hal ini membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan yang sebelumnya membaik malah berbalik menjadi buruk. Peran negara luar kawasan seperti Amerika mulai gencar dilakukan dengan terbentuknya UN Security Council Resolution (UNSCR) pada tahun 2009. Pada tahun 2010, kapal perang Korea Selatan ditemukan tertembak rudal dari Korea Utara dan Pulau Yeonpyeong diserang oleh militer Korea Utara. Insiden ini telah membuat hubungan kedua negara semakin buruk dan bahkan menutup komunikasi bilateral. UNSCR kemudian memberikan rekomendasi kedua negara tersebut antara lain :
1. Bahwa semua hubungan diplomatik antar negara Korea dihentikan dan insiden pada tahun     2010 akan diselesaikan dalam hukum perang
2. Dialog antara Korea Utara dan Korea Selatan dihentikan selama masa Lee.
3. Semua komunikasi antar kedua negara dihapus
4. Kapal dan pesawat Korea Selatan dilarang melewati wilayah perairan dan udara Korea Utara.

B.                   Peran PBB Dalam Konflik Di Semenanjung Korea

Jalan satu-satunya menyelesaikan perselisihan Korea Utara dan Korea Selatan hanyalah melalui perundingan enam pihak (six party talk) dengan campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Belum waktunya mereka membuat perjanjian atau jalan keluar yang baru dari masalah di Semenanjung Korea.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa di Jakarta, Jumat 26 November 2010. Dia mengatakan bahwa jalur diplomatis adalah jalan satu-satunya untuk mengatasi konflik Korea. “Jalan yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini adalah melalui six party talk dan PBB. Bukan waktunya untuk menciptakan langkah baru”.

Natalegawa menjelaskan bahwa konflik yang terjadi di Korea tersebut adalah salah satu konflik tradisional yang terdapat di abad ini.  Dia menjelaskan bahwa di antara konflik-konflik itu, terdapat konflik-konflik baru yang merupakan permasalah utama di dunia.
“Kita sedang berada di dunia transformasi, di mana permasalahan dan tantangan yang kita hadapi saat ini adalah seputar keamanan, perubahan iklim, serta krisis pangan dan air bersih. Konflik Korea adalah salah satu bentuk konflik tradisional yang masih ada”.

C.                   Analisis: Pengaruh Konflik Semenanjung Korea Terhadap Keamanan Internasional 

Di sini kami melihat bahwa konflik Semenanjung Korea memiliki pengaruh yang cukup masif dan esensial terhadap dinamika keamanan internasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin runcingnya konflik yang melibatkan Korea Selatan dengan Korea Utara, sejak perang Semenanjung Korea tahun 1950-1953 hingga yang termutakhir ketika insiden penembakan artileri di Pulau Yeonpyeong sebagai simbol perbatasan kedua negara. Ketika usaha perdamaian yang belum menemukan titik terang, konflik kemudian kembali diperuncing dengan pengembangan proyek nuklir oleh Korea Utara yang kemudian diperkirakan menjadi perlombaan senjata antara Korea Selatan yang disokong oleh AS dengan Korea Utara yang ditengarai didukung oleh China.
Konflik di semenanjung Korea ini kami tengarai telah mempengaruhi situasi keamanan internasional karena beberapa alasan. Pertama, isu yang beredar dalam konflik ini merupakan isu yang sangat diwaspadai di dunia internasional, yaitu pengembangan senjata nuklir. Proyek nuklir ini seperti menjadi babak baru dari konflik Semenanjung Korea, karena proyek ini kemudian menjadi perhatian berbagai negara-negara di berbagai belahan dunia, seperti yang dipaparkan teori Security Dilemma. Perhatian ini terpusat pada kekhawatiran akan terjadinya isu pengembangan senjata nuklir baru oleh Korea Utara seperti bom yang kemudian dikategorikan sebagai tanda ancaman bagi negara-negara super power seperti AS, Jepang, UE, dan negara lainnya. Dalam hal ini Korea Utara mendapat peringatan keras dari PBB untuk tidak sembarangan meluncurkan nuklirnya, karena dianggap mengganggu keamanan negara lain. Amerika yang bisa dikatakan adalah negara yang paranoid, mulai ikut membangun kekuatannya di Asia Timur. Dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki Jepang yang bisa dijadikan bentengnya di Asia Timur. Amerika yang memiliki pangkalan di Okinawa, berusaha untuk menjaga keamanan regional di Asia Timur, jika dilihat dari sudut pandang wilayahnya, kehadiran Amerika Serikat menunjukkan bahwa konflik di Semenanjung Korea ini sudah mengganggu keamanan internasional.
Security Dilemma adalah keadaan di mana satu negara mengembangkan militernya untuk meningkatkan pertahanan dirinya yang kemudian membuat negara lain merasa tidak aman. Di satu sisi Korea Utara tidak ikut meratifikasi perjanjian damai tentang senjata nuklir, tapi di sisi lain Amerika tidak bisa terima kalau Korea Utara bisa dengan seenaknya membangun nuklirnya sendiri, yang mereka takutkan akan disalahgunakan sebagai senjata nuklir oleh Korea Utara. Korea Utara yang menutup segala akses informasi negaranya membuat kecurigaan dari negara-negara lain makin besar akan adanya pengembangan senjata yang dilakukan oleh Korea Utara. Dengan meningkatnya kecurigaan, maka negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa telah mengutuk aksi provokatif yang dicanangkan Korea Utara tersebut karena akan melanggar hukum internasional, komitmen yang telah dibangun Korea Utara, dan mengancam keamanan regional. Negara-negara tersebut pun juga sudah mulai membangun bentengnya untuk menahan serangan dari Korea Utara yang mereka bisa anggap bisa terjadi sewaktu-waktu. 
Kedua, berkaitan dengan isu mengenai pengembangan senjata nuklir, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ini melibatkan beberapa negara lain, meskipun cenderung berada di balik layar atau hanya sekadar memberi dukungan, seperti Amerika Serikat dan Cina. Amerika Serikat yang ikut terlibat dalam hal ini, mulai memperbanyak pasukan di Jepang dan Korea Selatan. Mereka bahkan melakukan latihan militer bersama yang akhirnya ikut menyulut keadaan semakin memanas di kedua Korea ini. Cina juga kemudian ikut dalam masalah ini, karena Korea Utara yang banyak mengimpor energi dari Ciina. Amerika menganggap Cina sebagai sekutu Korea Utara yang membuat Amerika berpikir kembali masalah pertahanannya seandainya persekutuan dua negara itu benar-benar terjadi, kembali terjadi security dilemma dalam hal ini. Dalam mengatasi hal seperti ini, security dilemma bisa diatasi dengan melakukan kerjasama untuk membangun kesepahaman tentang militer masing-masing, namun dalam kasus ini Korea Utara cukup sulit untuk diajak berkomunikasi. Dari sudut pandang Amerika Serikat dan sekutunya, peristiwa yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan kesalahan Korea Utara. Pihak Amerika mengatakan bahwa demi menciptakan perdamaian Korea Utara perlu merubah sikap.
Korea Selatan dalam hal ini bisa dikatakan ikut meningkatkan kekuatannya dan terpancing dengan melakukan beberapa pembelian persenjataan serta melakukan latihan militer bersama militer Amerika Serikat. Dengan sifatnya yang tertutup dan provokatif, Korea Utara membuat Korea Selatan tidak memiliki jalan lain selain juga ikut meningkatkan kemampuan militernya untuk menangkal kemungkinan terburuk dari kasus ini, yaitu serangan dari Korea Utara. Amerika juga memiliki peran di sini dalam mempengaruhi kebijakan Korea Selatan dengan memasukkan Korea Utara sebagai poros setan, kemudian Amerika menyarankan Korea Selatan yang merupakan sekutunya untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. 
Ketiga, dengan adanya ketergantungan antara negara yang berkonflik dengan negara lain di belakangnya telah mempengaruhi jalannya konflik sehingga menentukan situasi keamanan internasional. Dalam konflik di semenanjung Korea ini kami melihat adanya konsep interdependensi yang terjadi. Konsep ini menekankan bahwa negara-negara di dunia ini saling bergantung dengan negara lain di berbagai macam bidang seperti politik, keamanan, maupun ekonomi-perdagangan, yang jika ada satu negara atau aspek yang terganggu akan mempengaruhi keseluruhan sistem dan negara-negara lain.
Dalam kasus di semenanjung Korea ini, kami melihat bahwa terdapat suatu sistem interdepedensi yang terbangun antara Korea Utara dengan Cina kemudian Korea Selatan dengan Amerika Serikat.  Dalam hal ini, kita bisa mengatakan dengan mudah bahwa dengan ideologi yang sama, Cina dan Korea Utara memiliki hubungan yang cukup baik secara bilateral dan sudah berlangsung sejak lama. 
Saat meninggalnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, Cina mengirimkan ucapan belasungkawa yang cukup mendalam dan menyarankan untuk memulai perbincangan antar kedua negara. Cina dan Korea Utara memiliki hubungan yang cukup baik, dilihat dari banyaknya barang-barang yang berasal dari Cina yang masuk ke Korea Utara. Hal ini diketahui dari laporan Badan Perdagangan dan Promosi Investasi Korea Selatan yang menyatakan bahwa setengah dari produk-produk Cina yang diekspor secara umum masuk ke Korea Utara melewati Jembatan Persahabatan di Dandong.
Kemudian, Cina juga menyediakan bantuan dalam hal energi dan suplai makanan untuk Korea Utara. Dengan adanya kasus aksi peluncuran misil dari Korea Utara ini membuat hubungan antara keduanya menjadi sedikit berubah. Cina saat ini memiliki kebijakan yang lebih ketat ke Korea Utara dan memiliki tujuan untuk denuklirisasi dan menyeimbangkan keamanan di Semenanjung Korea.
Korea Utara yang memiliki ketergantungan dengan produk-produk asal Cina melihat hal ini sebagai sebuah ancaman untuk ekonomi mereka. Mereka meyakinkan Cina bahwa misil ini hanya upaya untuk membuka hubungan dengan Amerika Serikat. Interdependensi Korea Utara ini menyebabkan posisi Cina dalam kasus ini makin meningkat dan ditunjukkan juga dengan beberapa upaya Cina untuk memulai Six Party Talks antara Korea Utara, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Jepang, Russia. Tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dari Korea Utara terhadap Cina ini menyebabkan China bisa dengan mudah membawa Korea Utara untuk ikut dalam Six Party Talks.
Sementara itu, pada fenomena interdependensi Korea Selatan dengan Amerika Serikat, kedua negara dikenal sudah menjadi sekutu dengan ikatan kolektif yang cukup kuat di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, politik, dan juga militer. Bersama Jepang, Korea Selatan merupakan sekutu dan juga mata Amerika Serikat di Asia Timur. Dari segi ekonomi sudah terlihat jelas bagaimana kerjasama antar kedua negara sudah berlangsung sangat baik dan intensif, bahkan keduanya sudah memiliki perjanjian free trade untuk meningkatkan akses dari kerjasama dagang kedua negara. Kemudian, dari segi politik dimana kemerdekaan Korea Selatan dibantu oleh Amerika Serikat untuk menghindarkan dari pengaruh komunis.
Untuk sektor militer dibuktikan melalui latihan militer antara Korea Selatan dengan AS dan Jepang, latihan ini dianggap sebagai aksi provokatif dan ancaman invasi bagi Korea Utara, walaupun komisi militer AS telah menginformasikan jadwal latihan militer tersebut dan menyatakan bahwa itu bukan suatu tindakan yang bersifat provokasi. Berbeda dengan Cina yang berupaya membawa Korea Utara untuk berunding, Amerika Serikat hingga saat in belum terlihat mendorong Korea Selatan untuk menuju ke arah perdamaian. Situasi ketergantungan antara negara yang berkonflik dan pendukungnya inilah yang berkontribusi mengarahkan jalannya konflik sehingga berpengaruh terhadap situasi keamanan internasional. 



Kesimpulan:

Sejak negara di semenanjung Korea terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, konflik yang melibatkan keduanya belum terselesaikan hingga saat ini. Meski pernah ada keinginan dari Korea Selatan melalui beberapa pemimpinnya untuk mewujudkan reunifikasi, namun adanya ketegasan dari Korea Utara yang menolak hal ini menjadi alasan bagi kedua negara hingga saat ini belum dapat mewujudkan reunifikasi. Hal yang terjadi justru semakin tegangnya hubungan antara kedua belah pihak dengan dikembangkannya teknologi nuklir di kedua negara dan adanya usaha kedua negara untuk selalu meningkatkan teknologi nuklir lebih dari yang lain. Akibat dari hal ini bukan hanya buruk untuk perkembangan kedua negara tetapi juga buruk untuk masa depan keamanan internasional. Kemampuan senjata militer antara Korea Utara dan Korea Selatan yang semakin meningkat menimbulkan kewaspadaan dunia internasional akan keputusan kedua negara yang ada di Semenanjung Korea dalam memanfaatkan senjatanya. 
Sejak tahun 1950-an, keadaan yang terjadi di Semenanjung Korea telah menjadi tinjauan tambahan banyak pihak dalam melihat keadaan keamanan internasional dan hal tersebut masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini bukan tidak beralasan melihat bahwa dalam perang yang akhirnya membagi Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara tersebut, isu yang muncul bukan hanya mengenai senjata nuklir, tetapi juga keterlibatan negara lain meskipun secara tidak langsung. Aktor yang berpengaruh bukan hanya kedua negara di Semenanjung Korea tetapi juga melibatkan negara- negara besar di baliknya. Terlihat melalui keterlibatan negara besar yang memiliki kepentingan di dalam Korea Selatan seperti Amerika Serikat serta kepentingan di Korea Utara Seperti Cina. Namun, Korea Utara yang lebih tertutup dan tidak terlalu bergantung dengan dunia internasional bahkan dengan Cina, memungkinkan untuk mengambil keputusan yang independen tanpa terikat pengaruh dan keterlibatan negara lain dibanding Korea Selatan. 
Melihat perkembangan konflik, terlihat jelas bahwa konflik di semenanjung Korea ini menjadi perhatian dunia internasional, baik terkait dengan isu yang diangkat maupun nuklir maupun keterlibatan negara-negara besar dalam konflik tersebut meski secara tidak langsung. Konflik antara Korea Utara dan Selatan ini pada akhirnya mendorong negara-negara untuk ikut mengambil sikap mengenai kondisi keamanan yang berkembang. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa konflik di semenanjung Korea telah mempengaruhi situasi keamanan internasional.

publish: http://rhianty-rhianty.blogspot.com
Labels: edit post
1 Response
  1. Unknown Says:

    mbak, boleh minta source-nya enggak..?


Post a Comment